
Abdul Latief : Kunci Sukses Bisnis Dengan Gaya Trendi

Abdul Latief lahir pada tanggal 27 April 1940 di Kampung Baru, Banda Aceh sebagai anak keenam dari sembilan bersaudara. Ayahnya adalah seorang pedagang yang pindah dari Tanah Minang ke Aceh dua puluh tahun sebelumnya dan dikenal sebagai aktivis Muhammadiyah di sana. Namun, ayahnya meninggal saat Ia masih berumur empat tahun, sehingga ia dibesarkan oleh ibunya yang juga seorang aktivis Muhammadiyah di Aceh.
Perjalanan Abdul Latief
Abdul Latief dibesarkan di masa perjuangan kemerdekaan dan perjuangan rakyat Aceh yang penuh dengan suasana politik yang panas. Oleh karena itu, ia bercita-cita menjadi seorang politikus di kemudian hari. Namun, ibunya mengarahkannya untuk menjadi seorang saudagar nasional seperti ayahnya. Pada tahun 1950, ibunya membawa Abdul Latief bersaudara pindah ke Jakarta, berharap dapat merubah nasib keluarganya di ibukota.
Di Jakarta, Ia menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Pertama dan Atas. Ia kemudian kuliah di Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) dan berhasil meraih gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana pada tahun 1965. Selama periode 1945-1966, situasi politik di Indonesia sedang tidak stabil dan penuh dengan demonstrasi yang memenuhi jalan raya. Ia terlibat dalam memasok makanan bagi para demonstran.
Setelah lulus dari APP, Abdul Latief mendapat tawaran kerja di Stanvac di Sungai Gerong yang bergerak di bidang eksplorasi minyak. Namun, gurunya di APP menganjurkannya bekerja di Pasar Sarinah yang merupakan toko serba ada pertama di Indonesia. Ia akhirnya memilih bekerja di Pasar Sarinah karena prospek karirnya lebih baik di sana.
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)
Abdul Latief kemudian terlibat dalam organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang ia dirikan. Melalui HIPMI, Ia berhasil mengarahkan sejumlah besar pemuda untuk menjadi pengusaha. Organisasi ini menjadi wadah yang amat di gandrungi oleh ratusan pengusaha muda Indonesia.
Baca juga Honda Muda Jadi Montir, Masa Tua Miliki 1,7M Dolar
Kerugian puluhan miliar rupiah yang dialaminya tidak membuat nya menyerah. Ia kembali menata jalur bisnisnya dan berhasil membangun Pasaraya Sarinah yang megah di atas bekas gedung yang terbakar.
Pasaraya Sarinah, dengan luas lantai 42.000 meter, menjadi daya tarik bagi sekitar 100.000 pengunjung, di mana 40% dari pengunjung tersebut adalah pelanggan setia. Sejak itu, penjualan di pasar swalayan tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun dan memberikan penambahan modal bagi Abdul Latief.
Lokasi Pasaraya Sarinah di Kawasan Blok M, Jakarta Selatan, membuat daerah tersebut menjadi incaran para pengusaha bisnis eceran. Banyak konglomerat yang berlomba membangun fasilitas belanja di daerah tersebut, seperti Blok M Plaza oleh Kelompok Subsentra dan Pakuwon Jati serta pertokoan di bawah tanah oleh Ometraco Group.
Tanah seluas 1,4 hektar di dekat Blok M yang ditenderkan Deplu pada tahun 1990 menjadi rebutan para pengusaha meskipun pengumumannya tidak dilakukan secara terbuka.
Abdul Latief, yang telah menjadi Dirut Alatief Corporation dan pendiri Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), masih dianggap sebagai tokoh muda meskipun usianya sudah lebih dari setengah abad.
Hal ini dikarenakan Ia selalu terlihat segar dan bersemangat dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya. Ia memiliki kepemimpinan dan idealisme yang mengangkat pengusaha kecil, terutama yang berkaitan dengan bisnisnya. Selain itu, Abdul Latief sangat gemar berolahraga dan rajin menjaga kondisi fisiknya, sehingga wajahnya terlihat jauh lebih muda dibandingkan usianya.
Abdul Latief dikenal sebagai pengusaha yang lihai menjalin kerjasama dengan banyak orang. Ia sangat dipercaya oleh mitra bisnisnya, bahkan oleh rekan bisnis di luar negeri meskipun ikatan tersebut tidak selalu diatur secara formal. Melalui Hipmi, Ia berhasil mengarahkan sejumlah besar pemuda untuk menjadi pengusaha. Hipmi menjadi wadah yang sangat digandrungi oleh ratusan pengusaha muda Indonesia, termasuk anak pejabat dan mantan pejabat.
Kesuksesan Hipmi sebagai organisasi profesional membuat nya selalu terlibat dalam pembicaraan atau diskusi tentang pembinaan generasi muda, baik dalam acara yang diselenggarakan oleh Hipmi maupun oleh organisasi pemuda lainnya.
Abdul Latief memiliki ciri khas cepat berpikir dan gesit dalam bertindak. Pernah suatu kali, penjualan barang-barang kelontong di pasar swalayan kepunyaannya naiknya seret sekali. Ia mempelajari penyebabnya dan mengambil kesimpulan bahwa daya beli masyarakat masih rendah.
Solusinya adalah meningkatkan penghasilan masyarakat. Dari situlah, Ia mengajak orang untuk berusaha.