
Mengenal Soedono Salim, Sang Pembangun Kerajaan Bisnis

Kutipan dari Soedono Salim
Liem Sioe Liong atau yang kita ketahui sebagai Soedono Salim pernah mengatakan hal ini pada usianya yang ke 20 tahun “Anda harus dilahirkan di tempat dan waktu yang benar.” Dan, Anthony Salim – putranya yang bernama kelahiran Liem Fung Seng, ikut memberikan komentar pada majalah yang sama, “Jika anda ingin menangkap seekor ikan, pertama-tama anda harus membeli umpan.”
Kutipan pertama yang dinyatakan oleh Soedono Salim menunjukkan betapa pentingnya faktor keberuntungan dalam kehidupan seseorang. Meskipun seseorang dapat berusaha keras untuk mencapai tujuannya, tidak dipungkiri bahwa faktor eksternal seperti tempat dan waktu kelahiran juga dapat mempengaruhi kesuksesan mereka.
Namun, bukan berarti seseorang harus pasrah pada nasibnya. Sebaliknya, seseorang harus tetap berusaha dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mencapai tujuan mereka.
Lalu mengenai kutipan kedua dari Anthony Salim menyoroti pentingnya persiapan dan strategi dalam mencapai tujuan. Dalam analogi umpan dan ikan, persiapan dan strategi adalah kunci untuk mencapai kesuksesan. Sebelum dapat mencapai tujuan, mereka harus merencanakan dan mempersiapkan diri dengan baik. Ini termasuk memahami lingkungan di sekitar mereka, mengevaluasi sumber daya yang tersedia, dan mencari peluang untuk maju.
Kalimat pendek yang diungkapkan keduanya merupakan ungkapan yang menggambarkan prinsip dan cara mereka berdagang di Indonesia sampai merambah ke kancah Internasional.
Siapakah Soedono Salim?
Soedono Salim atau yang memiliki nama kelahiran Liem Sioe Liong adalah seorang pengusaha sukses dan terkenal di Indonesia. Dia lahir pada tanggal 17 Juli 1917 di Fukien, Tiongkok dan meninggal pada tanggal 10 Juni 2012 di Singapura. Di kalangan pedagang Tionghoa Indonesia dia terkenal dengan sebutan “Liem botak”.
Sejak kecil, Liem telah belajar berdagang dari pamannya di Kudus, Jawa Tengah. Kemudian pada tahun 1938, bersama kakaknya, Liem Sioe Hie, ia memulai bisnis perdagangan minyak kacang tanah di Jakarta.
Di tengah hiruk pikuknya usaha ekspansi Jepang ke Pasifik, dan dongeng harta karun kerajaan-kerajaan Eropa di Asia Tenggara, maka pada tahun 1939, Soedono Salim mengikuti jejak abangnya yang tertua.
Dari Fukien, ia Berangkat ke Amoy, dimana bersandar sebuah kapal dagang Belanda yang membawanya menyeberangi Laut Tiongkok. Sebulan untuk kemudian sampai di Indonesia. Sejak dulu, kota Kudus sudah terkenal sebagai pusat pabrik rokok kretek, yang sangat banyak membutuhkan bahan baku tembakau dan cengkeh.
Gurita Bisnis Soedono Salim
Supplier Cengkeh
Dan sejak jaman revolusi Soedono Salim sudah terlatih menjadi supplier cengkeh, dengan jalan menyelundupkan bahan baku tersebut dari Maluku, Sumatera, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk kemudian melalui jalur-jalur khusus penyelundupan menuju Kudus.
Sehingga tidak heran dagang cengkeh merupakan salah satu pilar utama bisnis Soedono Salim pertama sekali, disamping sektor tekstil. Dulu juga dia, banyak mengimpor produksi pabrik tekstil murahan dari Shanghai.
Salim Group
Pada tahun 1940-an, Liem memperluas bisnisnya ke perdagangan beras dan tekstil. Dia kemudian mendirikan perusahaan tekstil, kemudian beralih ke bisnis kayu lapis, semen, dan berbagai industri lainnya. Di Indonesia, bisnisnya dikenal dengan nama Salim Group, yang memiliki lebih dari 40 perusahaan dan memiliki kepentingan di berbagai sektor industri.
Salim Group dikenal sebagai salah satu perusahaan terbesar dan terdiversifikasi di Indonesia. Bisnisnya mencakup sektor industri makanan, tekstil, farmasi, perbankan, properti, dan lain-lain. Grup ini juga mempekerjakan ribuan orang dan memiliki omset bisnis yang sangat besar.
Dari perusahaan yang mereka pimpin, mereka mampu mempekerjakan 25.000 pekerja, termasuk eksekutif senior dan pengemudi truk dari lebih dari 3.000 kendaraan yang digunakan untuk mengangkut produk perusahaan, termasuk semen.
Djarum
Dengan keahliannya dalam menyelundupkan dan memasok bahan baku, Soedono Salim kemudian mengembangkan bisnisnya dengan membuka pabrik rokok kretek sendiri pada tahun 1951. Pabrik tersebut diberi nama Djarum, yang kemudian menjadi salah satu merek rokok terkenal di Indonesia.
Bank BCA
Pada tahun 1967, Soedono Salim mendirikan Bank Central Asia (BCA), yang kemudian menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia. Di tahun 1970-an Bank Central Asia ini telah bertumbuh menjadi bank swasta kedua terbesar di Indonesia dengan total aset sebesar US$ 99 juta.
Ia juga memiliki perusahaan properti bernama Duta Pertiwi, yang mengembangkan berbagai proyek perumahan dan komersial di Indonesia. Selain itu, Liem juga memiliki armada kapal yang digunakan untuk mengangkut barang dagangan dan bahan baku.
Dengan 40 perusahaan yang dimilikinya, Liem Sioe Liong dengan para kamradnya menghasilkan omset bisnis tak kurang dari US$ 1 milyar setahun. Konon kekayaan pribadi Liem sendiri, ada yang menyebutkan, sekitar US$ 1,9 milyar = Rp. 1,2 triliun.
Bogasari
Salah satu peluang besar yang diperoleh Liem Sioe Liong dari Pemerintah Indonesia adalah dengan didirikannya PT. Bogasari pada bulan Mei 1969 yang memonopoli suplai tepung terigu untuk Indonesia bagian Barat, yang meliputi sekitar 2/3 penduduk Indonesia, di samping PT. Prima untuk Indonesia bagian Timur.
Bogasari sebuah perusahaan swasta yang paling unik di Indonesia. Barangkali hanya Bogasarilah yang diberikan pemerintah fasilitas punya pelabuhan sendiri, dan kapal-kapal raksasa dalam hubungan perteriguan bisa langsung merapat ke pabrik.
Begitu perkasanya dia di bidang perekonomian Indonesia dewasa ini, mungkin menjadi titik tolak majalah Insight, Asia’s Business Mountly terbitan Hongkong dalam penerbitan bulan Mei tahun ini, menampilkan lukisan karikatural Soedono Salim berpakaian gaya Napoleon Bonaparte.
Dadanya penuh ditempeli lencana-lencana perusahaannya. Perusahaan holding company-nya bernama PT Salim Economic Development Corporation punya berbagai macam kegiatan yang dibagi-bagi atas berbagai jenis divisi; masing-masing adalah: (1) divisi perdagangan, (2) divisi industri, (3) divisi bank dan asuransi, (4) divisi pengembangan (yang bergerak dibidang hasil hutan dan konsesi hutan), (5) divisi properti yang bergerak dibidang real estate, perhotelan, dan pemborong, (6) divisi perdagangan eceran dan (7) divisi jointventure. Setiap divisi membawahi beberapa arah perusahaan raksasa, berbentuk perseroan-perseroan terbatas.
Berbagai kemungkinan untuk lebih mengembangkan lajunya perusahaan sekalipun tidak akan meningkatkan permodalan, seperti go-public di pasar saham Jakarta, – dilangsungkan group Soedono Lem Salim dengan gencar. Halangan maupun isu bisnis yang mengancam perusahaannya, nampak tak membuat Liem cemas. Seperti katanya kepada Review, “Jika anda hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang, anda akan gila. Anda harus melakukan apa yang anda yakini.” Bermodal kalimat pendeknya itu pulalah mengantar Liem Sioe Liong muda di Kudus yang juga terkenal sebagai Lin Shao Liang menjadi Soedono Salim si Raja Dagang Indonesia, belakangan ini.
Dalam sejarahnya, Soedono Salim dianggap sebagai salah satu pengusaha paling sukses di Indonesia. Dia juga dikenal sebagai filantropis yang dermawan, yang memberikan sumbangan besar untuk pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Kekayaannya dianggap sebagai salah satu yang terbesar di Indonesia pada masanya.